Di dalam tulisan ini, penulis pada awalnya, sebenarnya tidaklah begitu berhajat untuk menguraikan secara lengkap akan maksud dan pengertian untuk istilah al-Mahdi itu. Para sarjana dan cendekiawan Islam di seluruh dunia telah menguraikan secara panjang lebar akan maksud kalimat Mahdi. Malah ada yang menulis risalah yang hanya menyebutkan asal-usul dan maksud kata Mahdi itu saja.
Begitulah mendalam dan halusnya penelitian mereka terhadap soal istilah ini. Berdasarkan itu, penulis merasa tidak perlu menjelaskan maksud kata Mahdi tersebut.
Namun, terasa pula kekurangan yang nyata pada tulisan ini, karena para cendekiawan hari ini pasti tidak akan puas jika maksud istilah Mahdi itu tidak dijelaskan, biar pun berupa uraian pendek. Sebenarnya untuk penulis, uraian istilah tidaklah sepenting mana karena asal-usul penggunaan sesuatu istilah itu tidak membawa apa-apa kesan, melainkan jika istilah itu membawa makna sesuatu yang buruk. Selagi sesuatu istilah itu disetujui syariah, harus saja kita menggunakannya. Tidak perlu mengkajinya secara mendalam dan disusur secara halus.
Kata Mahdi yang digunakan oleh orang-orang Melayu pada hari ini, berasal dari bahasa Arab jati, dipinjam oleh orang-orang Melayu dengan sedikit perubahan bunyi, yaitu Mahadi. Secara khusus di dalam bahasa Melayu, Mahadi atau Mahdi adalah merujuk kepada suatu jabatan yang sangat mulia, yang akan muncul di akhir zaman, membangun Islam dan meninggikannya di atas agama-agama lain. Biasanya orang-orang Melayu menyebutnya sebagai Imam Mahadi, sebagai suatu penghormatan kepada beliau. Malah ada orang Melayu menyebutnya sebagai beliau, merujuk kepada ketinggian keturunannya. Ada juga ulama yang menggunakan isim muannas, yaitu dengan menyebutnya Mahdiah, atau pengikut Mahdiah.
Sehubungan itu, untuk mengambil berkat dari gelar al-Mahdi itu, ramailah orang Melayu di Nusantara ini sejak dulu, menamakan anak mereka dengan nama Mahadi, baik secara tunggal atau ditambah nama lain di depan atau belakangnya. Misalnya Mahadi bin Abdullah. Yang ditambahkan namanya seperti Puteh Mahadi bin Puteh Ramli dan sebagainya. Yang dua di atas adalah sekedar contoh saja, bukan sebenarnya.
Namun, orang-orang Melayu pada hari ini sudah kurang menghormati Imam Mahdi, karena para sarjana dan cendekiawan Islam-Melayu hanya menyebutkan beliau sebagai Mahdi atau al-Mahdi saja, tidak seperti yang lazim dilakukan oleh orang-orang Melayu zaman dahulu, yang memanggilnya Imam Mahadi untuk menghormati kepadanya. Dan dalam tulisan ini, penulis sendiri pun ikut banyak menggunakan istilah Mahdi atau al-Mahdi saja, untuk menghemat ruang, bukan karena terpengaruh dengan sebutan para cendekiawan tadi.
Menurut bahasa Arab pula, istilah al-Mahdi atau Mahdi berarti 'orang yang mendapat petunjuk'. Dari segi istilahnya pula, petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk dari Allah, yaitu sama dengan petunjuk yang pernah diterima oleh keempat orang Khalifah Rasulullah dahulu. Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk untuk membawa seluruh manusia kepada Allah, petunjuk dalam kepemimpinan mereka dan petunjuk khusus untuk diri mereka, yang tidak didapat oleh setiap-barang orang, pada setiap-barang masa dan di segala-barang tempat saja.
Mereka menjadi rute untuk orang banyak mendapatkan Tuhan mereka, sehingga mereka menjadikan Allah SWT itu penuh di segenap ruang hati mereka, selalu basah di ujung lidah mereka, selalu bergerak di setiap suku anggota tubuh mereka, selalu turun dan naik bersama-sama seluruh dan naiknya nafas mereka, selalu hidup bersama-sama roh mereka dan selalu mencahayai akal pikiran mereka. Tuhan itulah cinta kasih mereka, cinta agung mereka, bahkan segalagalanya Tuhanlah yang dihadapkan, berikutnya menjadi mereka bangsa yang tinggi imannya, tinggi takwanya, tinggi amalannya, tinggi agamanya dan tinggi sebutannya. Hal-hal inilah yang harus diperjuangkan kembali oleh kita, agar kita mendapatkannya kembali, suatu permata paling berharga yang telah sekian lama hilang dari dalam diri kita. Tenggelam ditelan oleh lubuk lumpur jahiliyah kali kedua yang lebih dikenal oleh kita sebagai jahiliyah modern.
Juga dimaksudkan bahwa siapa yang menurut sungguh-sungguh Imam Mahdi itu setelah munculnya kelak, akan diberikan petunjuk oleh Allah SWT kepadanya dalam urusan agamanya,
akhiratnya dan dunianya. Dan orang yang tidak mau menurut Imam Mahdi itu, nyata dilihat oleh mata kasar, tidak akan mendapat petunjuk dari Allah.
Maksud-maksud yang seni dan mendalam inilah yang masih terselimut kokoh dari pengetahuan para sarjana dan cendekiawan Islam, dan jika mereka tahu pun, tidak dapat diselesaikan atau diketemukan lagi. Demikianlah sedikit uraian tentang istilah Mahdi itu sendiri, dari persepsi dua bahasa dan dua bangsa, yang menguasai dunia dan memperjuangkan Islam pada dua zaman. Itulah bahasa Melayu dan bahasa Arab, bangsa Melayu dan bangsa Arab, yang menguasai dunia pada awal abad Hijrah dan pada akhir abad Hijrah, mereka jugalah yang gigih memperjuangkan Islam di awal abad Hijrah dan akhir abad Hijrah.
Dan seperti dimaklumi, al-Mahdi itu adalah gelarnya, bukan namanya. Namanya yang sebenarnya adalah Muhammad bin Abdullah. Namanya di langit adalah Ahmad. Sebab-sebab beliau disebut al-Mahdi itu adalah karena Rasulullah SAW sendiri yang menyebut beliau dengan panggilan al-Mahdi. Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW harus menghormatinya dengan memanggilnya Imam Mahdi. Rasulullah SAW bisa memanggilnya Mahdi saja karena Imam Mahdi itu adalah anak cucunya, sedangkan kita adalah pengikut dan umatnya saja. Selain itu, beliau adalah seorang yang bertaraf rasul, sedangkan Imam Mahdi itu hanyalah seorang yang bertaraf wali saja. Layaklah beliau memanggilnya Mahdi saja. Beliau juga adalah rasul kita semua, dan Imam Mahdi itu adalah salah seorang umat beliau SAW sendiri.
Dikarenakan itu pula, layaklah pula kita memanggilnya Imam, sebagai tanda kita sangat mengasihi dan menghormatinya. Hal ini sebenarnya telah disetujui oleh sekalian ulama, karena menurut mereka, gelar al-Mahdi itu adalah suatu gelar yang bersifat syar'i. Ulama hadis telah menyaring semua riwayat tentang sampai nyatalah kebenarannya. Demikian diuraikan akan katakata Al-Allamah al-Muhaddis as-Sayid Ahmad al-Ghumari.
Selain itu, ada dua buah asar sahabat RA yang menjelaskan sebab-sebab beliau dinamakan al-Mahdi. Ashar pertama datang dari riwayat Imam Amrud Dani al-Hafiz, dalam Sunannya. Ia mengambil riwayat dari Abdulah bin Syauzab, yang katanya, sebab beliau dinamakan dengan al-Mahdi adalah karena dinisbahkan kepada sebuah gunung di Syam, tempat lembaran-lembaran Taurat yang asli akan dikeluarkan kembali yang akan membuktikan kesesatan kaum Yahudi sampai mereka mengakui dan memeluk agama Islam. Maknanya, Imam Mahdi itu dapat membawa petunjuk kepada banyak kaum Yahudi yang amat kokoh dibelenggu oleh kesesatan itu.
Riwayat kedua adalah asar yang datang dari Kaab bin Alqamah yang berkata, sebab beliau disebut al-Mahdi karena ia memberi petunjuk dalam hal-hal yang tidak jelas atau tidak nyata. Ia juga akan mengeluarkan peti yang berisi lembaran-lembaran Taurat dan lain-lain. Riwayat ini telah dikeluarkan oleh Imam Nuaim bin Hamad dalam kitabnya, Al-Fitan. Singkatnya, Imam Mahdi adalah orang yang dapat memberi petunjuk dalam hal-hal yang selama ini tidak jelas atau tidak nyata, sampai nyatalah hukumnya dan rahasia-rahasianya kepada sekalian umat Islam dan juga orang-orang bukan Islam, termasuk orang-orang Yahudi.
Selain itu, istilah al-mahdi di dalam bahasa Arab juga berarti buaian. Ini adalah istilah yang umum digunakan oleh orang Arab, bahkan ada beberapa buah hadits yang menggunakan istilah almahdi dengan arti buaian. Misalnya sebuah hadits dhaif yang selalu kita dengar yang menyatakan kewajiban menuntut ilmu sejak dari dalam buaian sampai ke liang lahat.
Para pengikut Imam Mahdi disebut Mahdiyyin atau Mahdiyyun, yang artinya kaum Mahdi atau pengikut Imam Mahdi. Istilah ini masih belum digunakan secara umum lagi pada hari ini karena para pengikut Imam Mahdi masih belum dapat ditentukan batang tubuhnya oleh orang banyak. Juga karena Imam Mahdinya sendiri pun masih belum keluar ke dunia ini, maka pengikutnya pun masih belum ditentukan lagi. Yang pasti, pengikut Imam Mahdi ini bukanlah orang yang biasa, bahkan merupakan orang-orang yang sangat istimewa pada zamannya dan amat terpilih di antara yang amat terpilih.
Istilah Mahdiyyin atau Mahdiyyun juga digunakan untuk kelompok atau golongan yang mempercayai konsep Imam Mahdi, atau menerima hadis-hadis tentang Imam Mahdi dengan penuh yakin di dalam hati. Golongan ini adalah mayoritas masyarakat Islam sejak dahulu sampai ke hari ini, didahului oleh para ulama muktabar yang bertaraf mujaddid dan mujtahid, mendapat derajat wali-wali besar dan utama di kalangan umat ini.
Post a Comment