1. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Islamiah
Ia adalah orang yang rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus dinomor satukan, karena mereka lebih dekat dengan dakwah kita, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan untuk mengajak mereka pun tidak banyak kesulitan, insya Allah.
2. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak asasiyah
Ia adalah orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak ingin terang-terangan dalam berbuat maksiat karena ia masih menghormati harga dirinya. Orang-orang semacam ini menempati urutan kedua.
3. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Jahiliah
Ia adalah orang yang bukan dari golongan pertama atau kedua. Dialah orang yang tidak peduli terhadap orang lain, sedang orang lain mencibir karena perbuatan dan sifatnya yang jelek. Bersabda, "Sesungguhnya sejelek-jelek tempat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya karena takut dengan keburukannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Golongan inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah saw sebagai: "Sejelek-jelek teman bergaul". (HR. Muslim)
Orang-orang semacam ini menempati urutan terakhir dalam prioritas dakwah fardiyah. Ada seseorang berdin di bawah pohon apel yang sedang berbuah lebat. Jika ia ingin memetik, ia terlebih dulu memetik buah yang dapat dijangkau dengan tangannya. Jika sudah habis, dan tinggal yang paling atas, maka jika dapat dijangkau buah itu akan dipetik dan kalau tidak, buah tersebut tidak akan dapat dipetik. Bukan berarti seorang da'i harus tetap berpegang dan terikat dengan urutan ini, karena kadangkala keadaan bisa mengubah pandangannya dalam hal ini-dengan izin Allah-seperti yang terjadi pada Umar bin Khathab ra., Khalid bin Wahd ra., Amr bin Ash ra. , dan lainnya.
Ada seseorang yang pergi ke pantai untuk memancing ikan dengan membawa peralatan pancing. Menurut pengalamannya, dengan peralatan yang ia bawa itu hanya akan mendapatkan ikan-ikan kecil. Tetapi pada saat itu ia terkejut karena mendapatkan ikan yang besar. **
Tatkala seorang da'i melihat beberapa pemuda - yang wajah mereka menyiratkan ketaatan-maka ia berkeinginan untuk berkenalan dan mengajak mereka ke jalan dakwah. Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati mereka dibutuhkan langkah yang cermat, karena biasanya pemuda-pemuda ini memiliki seseorang yang, mereka segan dan hormati. Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan pemuda-pemuda itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da'i, ia tidak dapat putus asa. Ia harus mendekati salah satu pemuda-di antara pemuda-pemuda tadi-yang pemahamannya terhadap dakwah islamiah lebih mantap, bergaul dengannya - dan juga yang lain-dengan sabar dan penuh kasih sayang tanpa menyinggung permasalahan yang dapat menyebabkan hubungan itu terganggu. Jika-dengan izin Allah-pemuda itu mau menerima ajakan kita, ini akan sangat membantu usaha kita untuk mengajak teman-temannya yang lain.
Pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyadari bahwa kita tidak diwajibkan untuk memastikan mereka semua menerima ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah rahmat dari Allah. Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (Al-Qashash: 56)
Ayat ini menjelaskan bahwa walaupun kita memberikan segenap hati kita untuk mengajak mad'u kita, tetapi hanya Allah-lah yang berhak membolak-balikkan hati orang tersebut. Seorang tukang roti berdiri di depan open (tempat pembakaran roti), sambil memasukkan potongan-potongan roti ke dalamnya. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengeluarkan roti yang sudah matang dan membolak-balikkan yang belum matang. Setiap kali ada roti yang sudah matang, ia akan mengeluarkannya. Bisa dipastikan bahwa ada beberapa potong roti yang jatuh ke dalam api dan terbakar. Inilah kondisi da'i tatkala berdakwah di masyarakat; ia memberi sekaligus menerima (give and take). Suatu saat ia mendekat dan pada saat yang lain ia menjauh.
Ia akan memberi kepada setiap orang sebagaimana seorang dokter yang memberikan obat dengan berlaku sabar. Setelah selang beberapa waktu, di antara mereka sudah ada yang disinari oleh cahaya iman (inilah roti yang telah matang), ada yang menyambut ajakan tersebut karena perasaan takut, ada yang menyambut ajakan tersebut karena malu, ada yang bersikap angin-anginan, ada pula yang menjauh, dan bahkan ada yang terjadi tidak baik terhadap sang da'i. Untuk menghadapi mereka itu, kita tidak bisa putus asa, tetapi harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu dapat dipetik, disertai doa agar Allah membukakan hati mereka.
Adapun da'i yang menghabiskan waktunya hanya untuk satu orang dengan harapan agar orang tersebut mau menerima ajakannya adalah tidak benar. Orang tersebut akan merasa bahwa dirinya diajak dengan cara yang sangat berlebihan, sehingga ia akan berprasangka buruk, dan bisa jadi ia akan lari dari ajakan itu, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah. Metode yang harus kita perhatikan adalah: "Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang sulit, jika ada yang mudah".
Post a Comment